Kamis, 24 Januari 2013

keramik di desa Pulutan kec. Remboken Kab. Minahasa

Membuat keramik merupakan pekerjaan yang tidak lazim di desa ini. Karena penghasilan masyarakat desa Pulutan banyak didapatkan dari membuat keramik. Para warga mengaku membuat keramik demi melanjutkan warisan turun temurun dari nenek moyang selain untuk mendapatkan penghidupan dari hasil penjualan keramik. Ada juga warga yang melakukan pekerjaan sampingan selain membuat keramik, yaitu bercocok tanam. Seperti tanam padi dan jagung. Keramik dibuat menggunakan tanah liat yaitu tanah di lapisan kedua yang diambil di sekitar pemukiman warga. Para pengrajin menggali tanah kemudian dikumpulkan dengan menggumpalkan tanah agar memudahkan pengangkutan. Setelah dikumpulkan, tanah yang telah bersih dari dari kotoran dan batu dibentuk sesuai keinginan dan pesanan. Pembentukkan keramik dilakukan dengan 2 teknik, yaitu teknik putaran yaitu teknik yang sering digunakan saat ini dan teknik pukul. Pembentukan motif sangat membutuhkan kesabaran dan keahlian dari pengrajin agar menjaga resiko kerusakan. Bentuk yang dibuat bervariasi, mulai dari vas bunga, furniture ruangan, sampai tempat untuk bunga taman. Setelah tanah dibentuk, proses selanjutnya yaitu dianginkan untuk mengokohkan tanah agar tidak lembek. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan bergantung pada cuaca. Bila cuaca hujan, maka prosesnya akan lama dan sebaliknya. Sekitar 1-2 minggu untuk proses ini. Setelah dianginkan, tanah tersebut dibakar kedalam tungku tradisional buatan warga. Setelah dibakar, tanah yang tidak lama lagi dipasarkan memasuki proses finishing, yaitu pengecatan. Warna cat ditentukan sesuai pesanan dan membutuhkan pengkolaborasian warna agar hasil yang ditampilkan lebih terlihat dan menarik. Setelah semuanya selesai, keramik siap dipasarkan. Keramik desa Pulutan tidak hanya dijual d tempat namun di ekspor ke luar daerah. Selain itu, ada juga pengusaha yang mengambil langsung di tempat pembuatan lalu didistribusikan kembali ke konsumen. Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai ukuran, motif dan tingkat kesulitannya. Mulai dari sepuluh ribu rupiah sampai tiga ratus ribuh rupiah perbuah. Ada juga yang dijual tiap setnya. Salah seorang pengrajin keramik mengaku, penghasilan mereka rata-rata perbulan mencapai enam juta rupiah belum dipotong biaya pembuatan.
Tanah dalam proses pembuntukkan menggunakan teknik pemutaran
Tanah yang telah di bentuk dan diberi motif sedang dianginkan.
Gambar tungku pembakaran keramik tradisional desa Pulutan
Proses pengecatan oleh salah seorang pengrajin wanita yang diamati oleh beberapa anggota Komunitas Studi Kreatif UNIMA.
Gambar satu set keramik yang siap dijual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar